Bersemangat Walaupun Sering Gagal

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‘ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3:104).

Sebagaimana seruan ayat di atas, orang-orang beriman berikhlas diri dan berupaya menyampaikan kebaikan dan ajaran mulia yang terkandung dalam Al Qur’an. Mereka mengungkapkan kerusakan akhlak yang terjadi di masyarakat yang jauh dari agama. Seiring dengan itu, dengan kehendak Allah mereka pun membimbing manusia ke jalan yang benar. Karena telah merasakan sendiri kenikmatan hidup secara Islami, mereka pun berharap dan berusaha agar orang lain juga mengalami hal yang sama. Selain itu, karena mengetahui neraka benar-benar ada, mereka ingin menyelamatkan semua orang darinya, dengan anjuran menjalani kehidupan yang diridhai Allah. Bahkan keselamatan abadi bagi satu orang saja punya arti besar bagi orang-orang beriman. Inilah yang menyebabkan mereka punya keteguhan untuk mengorbankan apa saja dalam rangka menyelamatkan seseorang dari neraka dan membimbingnya menuju ampunan dan kasih sayang Allah. Mereka bahkan rela mencurahkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun, siang dan malam, guna membimbing seseorang agar menerapkan nilai-nilai Islami yang baik. Demikian pula, mereka pun bersemangat mengeluarkan harta kekayaannya untuk tujuan yang satu ini. Semangat yang mereka rasakan memberikan kekuatan yang besar baik secara fisik maupun ruhani. Hingga akhir hayatnya mereka tidak pernah berhenti menyampaikan ajaran Allah dengan cara terbaik dan paling bijaksana.
Meski demikian, sekalipun semua upaya mereka pada akhirnya tidak mendatangkan hasil berupa turunnya hidayah kepada satu orang pun, mereka takkan pernah berputus asa. Sebab, kewajiban seorang mukmin hanyalah menyampaikan pesan Al Qur’an, sedangkan yang sesungguhnya memberikan hidayah kepada seseorang hanyalah Allah. Melalui Al Qur’an kita tahu bahwa banyak penyembah berhala di Mekkah yang tidak memeluk Islam, sekalipun Nabi Muhammad saw. telah melakukan berbagai upaya yang tulus dan sungguh-sungguh. Namun, segenap kerja keras yang telah beliau curahkan tetap mendapatkan ganjaran.
Di dalam Al Qur’an dinyatakan, semua nabi telah menunjukkan kebulatan tekad dan kegigihan yang sama dalam menyampaikan risalah dari Tuhan mereka. Berbagai kesukaran yang mereka hadapi tak pernah mematahkan semangat mereka. Sebaliknya, mereka senantiasa melakukan berbagai upaya untuk mengarahkan umat ke jalan yang benar. Kerja keras penuh semangat yang dilakukan Nabi Nuh a.s., misalnya, telah digambarkan sebagai berikut:
“Nuh berkata: ‘Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah berdakwah kepada kaumku malam dan siang, namun dakwah itu hanya menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku berdakwah kepada mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri. Kemudian sesungguhnya aku telah berdakwah kepada mereka (untuk beriman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (berdakwah kepada) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’.” (QS. Nuh, 71:5-10).
Sebagaimana diungkapkan dalam sejumlah ayat di atas, Nabi Nuh a.s. telah menyampaikan risalah Allah dengan semangat yang tinggi untuk membukakan hati umatnya kepada jalan keselamatan dan kebahagiaan. Meskipun mereka selalu menolak, namun beliau tidak pernah patah semangat dalam menyampaikan keberadaan Allah beserta sifat-sifat-Nya. Kendati demikian, umatnya yang berkepala batu selalu saja berpaling setiap kali mendengarkan kebenaran. Karena semangat dan rasa suka cita yang dirasakannya dalam menjalankan perintah Allah untuk menyampaikan pesan-Nya, Nabi Nuh a.s. tidak mencela sikap mereka. Sebaliknya, beliau terus saja melanjutkan kewajibannya dengan keteguhan yang tiada surut. Meskipun umatnya menunjukkan keangkuhan, beliau berupaya mencari cara-cara lain yang memungkinkan guna melunakkan hati mereka. Niat beliau adalah untuk menyelamatkan mereka dari kerusakan masyarakat yang jauh dari ajaran Allah dengan cara mengingatkan kepada mereka mengenai kebesaran Allah, baik secara terang-terangan maupun diam-diam.
Perlu senantiasa kita ingat bahwa segenap upaya yang telah dikerahkan Nabi Nuh a.s. dan yang lainnya dalam menyampaikan risalah ini, dengan semangat yang tinggi dan keikhlasan, tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa ganjaran. Dengan izin Allah dan kemurahan-Nya, setiap kata yang disampaikan dan setiap saat yang dicurahkan di jalan-Nya akan diberi pahala berlipat ganda.
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukuk yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (QS. At Taubah, 9:112).

Archimedes (287 – 212 SM) and Prinsip Hydrostatic

Archimedes terkenal dengan teorinya tentang hubungan antara permukaan dan volume dari sebuah bola terhadap selinder. Dia juga dikenal dengan teori dan rumus dari prinsip hydrostatic dan peralatan untuk menaikkan air – ‘Archimedes Screw’ atau sekrup Archimedes, yang sampai sekarang masih banyak digunakan di negara-negara berkembang.

Walaupun pengungkit atau ungkitan telah ditemukan jauh sebelum Archimedes lahir, Archimedes yang mengembangkan teori untuk menghitung beban yang dibutuhkan untuk pengungkit tersebut. Archimedes juga digolongkan sebagai salah satu ahli matematika kuno dan merupakan yang terbaik dan terbesar di jamannya. Perhitungan dari Archimedes yang akurat tentang lengkungan bola di jadikan konstanta matematika untuk Pi atau π .

Archimedes lahir pada tahun 287 Sebelum Masehi di suatu kota pelabuhan Syracuse, Sicily (sekarang Italia). Dalam masa mudanya, Archimedes diperkirakan mendapatkan pendidikannya di Alexandria, Mesir

Kera Jadi Raja

Sang Raja hutan "Singa" ditembak pemburu, penghuni hutan rimba jadi gelisah. Mereka tidak mempunyai Raja lagi. Tak berapa seluruh penghuni hutan rimba berkumpul untuk memilih Raja yang baru.

Pertama yang dicalonkan adalah Macan Tutul, tetapi macan tutul menolak. "Jangan, melihat manusia saja aku sudah lari tunggang langgang," ujarnya. "Kalau gitu Badak saja, kau kan amat kuat," kata binatang lain. "Tidak-tidak, penglihatanku kurang baik, aku telah menabrak pohon berkali-kali." "Oh…mungkin Gajah saja yang jadi Raja, badan kau kan besar..", ujar binatang-binatang lain. "Aku tidak bisa berkelahi dan gerakanku amat lambat," sahut gajah.

Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum menemukan raja pengganti. Ketika hendak bubar, tiba-tiba kera berteriak, "Manusia saja yang menjadi raja, ia kan yang sudah membunuh Singa". "Tidak mungkin," jawab tupai. "Coba kalian semua perhatikan aku…, aku mirip dengan manusia bukan ?, maka akulah yang cocok menjadi raja," ujar kera. Setelah melalui perundingan, penghuni hutan sepakat Kera menjadi raja yang baru. Setelah diangkat menjadi raja, tingkah laku Kera sama sekali tidak seperti Raja. Kerjanya hanya bermalas-malasan sambil menyantap makanan yang lezat-lezat.

Penghuni binatang menjadi kesal, terutama srigala. Srigala berpikir, "bagaimana si kera bisa menyamakan dirinya dengan manusia ya?, badannya saja yang sama, tetapi otaknya tidak". Srigala mendapat ide. Suatu hari, ia menghadap kera. "Tuanku, saya menemukan makanan yang amat lezar, saya yakin tuanku pasti suka. Saya akan antarkan tuan ke tempat itu," ujar srigala. Tanpa pikir panjang, kera, si Raja yang baru pergi bersama srigala. Di tengah hutan, teronggok buah-buahan kesukaan kera. Kera yang tamak langsung menyergap buah-buahan itu. Ternyata, si kera langsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang disergapnya ternyata jebakan yang dibuat manusia. "Tolong…tolong," teriak kera, sambil berjuang keras agar bisa keluar dari perangkap.

"Hahahaha! Tak pernah kubayangkan, seorang raja bisa berlaku bodoh, terjebak dalam perangkap yang dipasang manusia, Raja seperti kera mana bisa melindungi rakyatnya," ujar srigala dan binatang lainnya. Tak berapa lama setelah binatang-binatang meninggalkan kera, seorang pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada kera di dalamnya, ia langsung membawa tangkapannya ke rumah.

Pesan Moral : Perlakukanlah teman-teman kita dengan baik, janganlah sombong dan bermalas-malasan. Jika kita sombong dan memperlakukan teman-teman semena-mena, nantinya kita akan kehilangan mereka.