Sahabat Sejati di Dunia dan Akhirat

Orang-orang beriman memiliki satu sahabat sejati di dunia dan akhirat. Sahabat yang takkan pernah meninggalkannya, yang mendampinginya di masa sulit, dan menjadi penolongnya. Sahabat yang selalu bersamanya sejak lahir hingga kematiannya, dan yang melindungi dari para musuhnya. Sahabat ini paling dapat dipercaya melebihi siapa pun, dan yang memberi tanpa meminta balasan apa pun. Sahabat yang tak ada bandingnya itu adalah Allah.

Allah-lah sahabat terpercaya dan terdekat bagi orang beriman. Dia melindungi kelemahan dan memaafkan kekeliruan hamba-Nya. Dialah yang memberi kehidupan lebih baik serta kebahagiaan abadi di akhirat bagi mereka yang beriman.

Mereka yang tidak memahami ini, menghabiskan hidup dengan mencari orang kaya atau kekuatan yang dapat mereka andalkan. Singkatnya, mereka berusaha mendapatkan seseorang yang diyakini cukup andal untuk mengatasi permasalahan mereka dalam bebagai keadaan. Sayangnya, ketika melakukan ini, mereka melupakan Allah, Pencipta mereka, yang menjadikan mereka mampu menjalani kehidupan. Mereka berpaling kepada setan, yang tak bermanfaat apa pun bagi hidup mereka selain keburukan, dan mencegah mereka dari kenikmatan surgawi di akhirat nanti. Inilah gerbang menuju dunia yang kelam, awal kehidupan orang-orang yang merugi di akhirnya.

Sebaliknya, mereka yang mengimani Allah dengan tulus, hidup mulia dan penuh keberuntungan. Mereka terbebas dari segala penderitaan dan kerugian. Sebab, Allah telah berjanji bahwa mereka yang beriman kepada-Nya, yang tetap berpegang pada agama dan ajaran-Nya akan diselamatkan. Dia akan memberi mereka pahala yang besar di akhirat. Allah-lah satu-satunya teman sejati dan pelindung orang beriman di dunia dan akhirat.

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Baqarah, 2:257)

Al Waliy Maha Melindungi

Orang-orang beriman memiliki satu sahabat sejati di dunia dan akhirat. Sahabat yang takkan pernah meninggalkannya, yang mendampinginya di masa sulit, dan menjadi penolongnya. Sahabat yang selalu bersamanya sejak lahir hingga kematiannya, dan yang melindungi dari para musuhnya. Sahabat ini paling dapat dipercaya melebihi siapa pun, dan yang memberi tanpa meminta balasan apa pun. Sahabat yang tak ada bandingnya itu adalah Allah.

Allah-lah sahabat terpercaya dan terdekat bagi orang beriman. Dia melindungi kelemahan dan memaafkan kekeliruan hamba-Nya. Dialah yang memberi kehidupan lebih baik serta kebahagiaan abadi di akhirat bagi mereka yang beriman.

Mereka yang tidak memahami ini, menghabiskan hidup dengan mencari orang kaya atau kekuatan yang dapat mereka andalkan. Singkatnya, mereka berusaha mendapatkan seseorang yang diyakini cukup andal untuk mengatasi permasalahan mereka dalam bebagai keadaan. Sayangnya, ketika melakukan ini, mereka melupakan Allah, Pencipta mereka, yang menjadikan mereka mampu menjalani kehidupan. Mereka berpaling kepada setan, yang tak bermanfaat apa pun bagi hidup mereka selain keburukan, dan mencegah mereka dari kenikmatan surgawi di akhirat nanti. Inilah gerbang menuju dunia yang kelam, awal kehidupan orang-orang yang merugi di akhirnya.

Sebaliknya, mereka yang mengimani Allah dengan tulus, hidup mulia dan penuh keberuntungan. Mereka terbebas dari segala penderitaan dan kerugian. Sebab, Allah telah berjanji bahwa mereka yang beriman kepada-Nya, yang tetap berpegang pada agama dan ajaran-Nya akan diselamatkan. Dia akan memberi mereka pahala yang besar di akhirat. Allah-lah satu-satunya teman sejati dan pelindung orang beriman di dunia dan akhirat.

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Baqarah, 2:257)

Banyaklah Berzikir ...

Asthaghfirullohal 'Adzim .... Berdzikir mengingat Alloh SWT, memiliki banyak hikmah diantaranya kita akan selalu terjaga dari perbuatan dosa. Karena dengan berdzikir, kita selalu mengingat Alloh, mengingat segala perintah dan larangan.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling di jalan-jalan guna mencari hamba ahli berzikir. Jika mereka mendapati kaum yang selalu berzikir kepada Allah SWT, mereka menyerunya, `Serukanlah kebutuhan kalian.' Kemudian mereka membawanya dengan sayap-sayapnya ke atas langit bumi. Lalu mereka ditanya oleh Rabb-nya (Dia Maha Mengetahui), `Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?' Para malaikat menjawab, `Mereka menyucikan dan mengagungkan Engkau, memuji dan memuliakan Engkau.' Allah berfirman, `Apakah mereka melihat-Ku?' Para malaikat menjawab, `Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu.' Allah berfirman, `Bagaimana kalau mereka melihat Aku?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihat-Mu, tentunya ibadah mereka akan bertambah, tambah menyucikan dan memuliakan Engkau.' Allah SWT berfirman, `Apa yang mereka minta?' Para malaikat berkata, `Mereka memohon surga kepada-Mu.' Allah berfirman, `Apakah mereka pernah melihatnya?' Para malaikat berkata, `Tidak, demi Allah, mereka tidak pernah melihatnya.' Allah SWT berfirman, `Bagaimana kalau mereka melihatnya?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berhasrat serta tamak dalam memohon dan memintanya.' Allah SWT berfirman, `Pada apa mereka memohon perlindungan?' Para malaikat berkata, `Mereka memohon perlindungan dari neraka-Mu.' Allah SWT berfirman, `Apakah mereka pernah melihatnya?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berlari menjauhinya dan semakin takut.' Allah SWT berfirman, `Kalian Aku jadikan saksi bahwa Aku telah mengampuni mereka.'

Salah seorang dari malaikat itu berkata, `Di dalam kelompok mereka terdapat si Fulan yang bukan bagian dari mereka. Ia datang ke sana hanya untuk suatu keperluan.' Allah SWT berfirman, `Anggota majelis itu tidak menyengsarakan orang yang duduk bergabung dalam majelis mereka.'"


Pertama Kali Ke Jakarta

Blem ... bleemmmm .... bleemmmm. Gadung .... gadung .... gaduungggg ...
Itulah kalimat yang terdengar dari mulut para kondektur bis, ketika kita berada di terminal Jakarta. Bleemmmm (blok M) ..... gadung (Pulogadung)

Pertama sekali Ucok datang ke Jakarta, dia coba jalan-jalan mau tahu keadaan Jakarta, Pertama dia pergi ke Terminal Pulo Gadung.

Kondektur : "Blok M... blok M....." lalu naiklah Ucok ke bus jurusan blok M.

Ucok : Selama dalam perjalanan .... setiap orang mau turun selalu sebut nama halte.

Rupanya Ucok gak tahu .... dikira kalo mau turun harus sebut nama.

Penumpang lain : "Senopati.. kiri!!", bus berhenti.

Penumpang lain : "Sudirman.. kiri!!", bus berhenti.

Ucok : KetikaUcok mau turun, .... dengan yakin ucok teriak,

Ucok : "Tahan ...... Sihombing kiri!!", bus ternyata jalan terus,

Ucok : Teriak lagi, "Tahan ..... Sihombing.... kiri!!", berulang kali sampai akhirnya semua penumpang bis melihat ke arah ucok.

Ucok : Berdiri menghampiri kondektur, "Bang kau tuli ya aku mau turun .... tadi aku sudah teriak-teriak Tahan .... Sihombing kiri, kok bis jalan teruuuuus." Abang budek kali yaaa.... berapa kali aku teriak-teriak ....

Ucok : " Penumpang lain tinggal sebut nama, bus bus langsung berhenti, giliran aku sebut nama .... kau jalan terus ... belum tahu siapa aku ya ....?"

Kondektur : " Maaf bang .... yang mereka sebut itu adalah nama halte bus, dan di Jakarta gak ada nama Halte Sihombing ...., tidak ada, makanya bis tak berhenti, jalan teruuuus."

Ucok : "Maaf juga bang lain kali buatkan halte Tahan Sihombing....."

Sebuah Catatan Di Hari Jum'at

Banyak diantara kita sering merasa minder, karena kekurangan dan kelemahan yang kita miliki. Kenapa? Karena kita pun acap kali memandang dengan belas kasihan orang lain yang memiliki kelemahan, sementara orang tersebut tidak ingin dikasihi. Berikut ceritera menarik yang dapat dijadikan sebagai contoh ...

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30, tapi saya belum bergerak dari tempat duduk saya sedari pagi, padahal seharusnya saya sudah melangkah ke masjid untuk melaksanakan kewajiban jum'at. Iya...kewajiban Shalat Jum'at. Ah......sepertinya ada yang salah dengan diri saya; keengganan saya diakibatkan oleh menumpuknya pekerjaan yang belum mampu terselesaikan, dan harus selesai hari itu juga. Dengan sangat berat saya harus meninggalkan pekerjaaan saya sebentar dikarenakan ada yang jauh lebih berat saya tinggalkan; yaitu kewajiban saya sebagai seorang laki-laki untuk melaksanakan Shalat Jum'at"

Untunglah sesampainya di masjid masih sempat saya dapat mendengarkan "khotbah", mujur sekali saya ini, pikir saya; lain kali semoga saya tidak setelat ini.....Dan konsekuensi dari keterlambatan saya berangkat shalat jum'at ternyata membawa hikmah tersendiri...SAYA KEHABISAN TEMPAT !!!!!, Tak ada jalan lain selain berdiri diluar ditengah teriknya matahari yang menyengat. Matahari siang itu sekilas terkekeh tiap kali melihat saya mengusap keringat dan memperingati saya "salah lu sendiri dateng telat...!!!

Dalam terik matahari yang menyengat saya menyempatkan duduk diluar; semua jamaah shalat waktu itu menengadahkan tangan mengikuti doa tak terkecuali saya. Tanpa sengaja ketika saya melirik ke orang disamping saya, mata saya tertuju ke ujung tangan orang itu...wahhhhhh.....hati saya berdesirrr kencang, TANGAN orang itu hanya mempunyai 2 JARI saja..!!!!!. Saya memang sangat kaget dengan ujung tangan TANGAN orang itu, tapi yang membuat hati saya BERDESIR adalah "DIA TIDAK MALU MENENGADAHKAN TELAPAK TANGANNYA walau hanya mempunyai 2 JARI !!!!". Saya berfikir demikian karena; siapapun orangnya akan malu jika mempunyai kekurangan seperti ini, dan rasa malu akan membuatnya menekukkan tangannya hanya untuk tidak terlihat oleh orang lain......

Ketika mata saya terpaku dengan ujung telapak tangannya, tiba-tiba orang ini menoleh pada saya dan berkata "kenapa mas? aneh ya?" sambil tersenyum...Saya gugup dan mengalihkan pandangan saya ke tempat lain. bacaan Iqomah berkumandang dan tibalah kami untuk shalat Jum'at. Kami semua berdiri, dan orang disamping saya juga melakukan hal yang sama. Hati saya tetap berdesir dan semakin berdesir ketika dia "menganggat kedua tangannya" sembari mengucap takbiratul ikhram.

Ketika bacaan salam, hampir semua Jamaah salat waktu itu saling bersalaman dengan sebelah kanan dan kirinya, saya sendiri menyalami orang yang ada disebelah kanan saya tapi saya agak ragu untuk menyalami orang disebelah kiri saya, dikarenakan saya takut dia tersinggung.....tapi sangat diluar dugaan DIA malah MEMULAI menyalami orang disebelah kiri, depan dan belakangnya, tidak TERKECUALI saya..dia menyalami saya dengan KEDUA TANGANNYA yang HANYA PUNYA 2 JARI; TANPA RAGU; TANPA MENGURANGI SENYUM dan MEMINTA SAMBUTAN ULURAN jabatan tangan dari saya....

Catatan Kaki :
Memang saya akui Jabatan tangan saya lebih kuat darinya; tapi ULURAN tangannya yang JAUH tidak LEBIH kuat dari saya ternyata mampu MENGURAS trenyuh nurani saya...
Dikirim Oleh Kang Artha Saturday, March 27, 2010

Pangeran Samodra ( Boso Jawi )

Legenda Gunung Kemukus utawa Legenda Pangeran Samodra iku asale utawa dikenal neng desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, kabupaten Sragen, 26 kilometer saka tlatah Surakarta mengidul. Neng Gunung Kemukus iku ana sarean kramate Pangeran Samodra sing saiki papane kanggo obyek wisata neng kabupaten Sragen.


Saben malem jum’at pon, kuburan kramat Pangeran Samodra iku ditekani wong akeh saka ngendi-ngendi sing biasane arep nggolek pesugihan.
Sejatine sing diarani Gunung Kemukus iku beda karo gunung-gunung liyane, kayata Gunung Merapi, Gunung Merbabu, lan sakpiturute. Gunung Kemukus iku dhuwure mung 300 meter saka permukaan laut. Dadi sakjane Gunung Kemukus iku mung gunung anakan. Jeneng “Kemukus” iku sejatine saka jeneng wit kemukus, kaya wit ringin, nanging ora nduwe sulur (akar gantung). Godhonge bisa dienggo tamba. Ananging sumber liyane nyebutake yen jeneng “Kemukus” kuwi saka tembung “Kukus”, amarga saka gunung kuwi kerep metu keluk sing asale saka obong-obongan menyan sing dadi sarat wong-wong sing padha njaluk berkah neng makam kramate Pangeran Samodra.
Miturut cerita saka masyarakat, Pangeran Samodra iku putrane Pangeran Kadilangu utawa.Sunan Kalijaga sing gagah, bagus, lan tuture alus, ananging yen diusut lewat sejarah, putrane Sunan Kalijaga iku jenenge Sunan Muria. Mulane legenda iku isih mbingungke..
Nalika semana, Kerajaan Majapahit pecah amarga ana pemberontakan Girindrawardana, priyayi-priyayi lan punggawan-punggawan padha mlayu nyelametake awake dhewe-dhewe. Ana sing lunga neng Gunung Tengger, ana sing nyebrang neng Bali. Pangeran Samodra bingung, arep melu lunga apa pilih tetep neng kono.
“Aja melu-melu para priyayi lan punggawan sing padha pilih nyingkir saka kene Pangeran Samodra. Meluwa aku wae! Aku arep pindhah neng Demak, banjur ngedekke pemerintahan neng kana”, ngendikane Raden Patah.
“Sendika dhawuh Raden”, semaure Pangeran Samodra.
Akhire Pangeran Samodra lan ibu kuwalone, Dewi Ontrowulan pindah Raden Patah neng Demak.
Tekan Demak, Raden Patah sak rombongane nyiapke pemerintahan dinggo nglawan Girindrawardana sing saiki nguwasani Majapahit. Raden Patah banjur nimbali Pangeran Samodra supaya ngadhep.
“Wonten dawuh punapa Raden?”.
“Pangeran Samodra, aku iki lagi nyiapke pemerintahan sing kuwat kanggo nglawan Girindrawardana, mula iku kanggo jaga-jaga lan supaya pemerintahane kuwat, aku pengen nglumpukake para priyayi lan punggawan-punggawan sing padha nyingkir, kocar-kacir ora nggenah. Aku ngutus njenengan supaya nggoleki lan nglumpukke para priyayi-priyayi lan punggawan-punggawan sing padha lunga kuwi, supaya pemerintahanne Demak bisa luwih kuwat nglawan Girindrawardana.
“Sendika dhawuh Raden”.
Tanpa kakeyan mikir, Pangeran Samodra langsung nyanggupi. Bareng wis budal, Pangeran Samodra rada kangelan anggone nggoleki para Punggawan lan priyayi amarga dheweke ora ngerti panggonane wong-wong iku saiki lan ana sing sengojo ndelik amarga ngerti yen lagi digoleki dening Pangeran Samodra.
Bareng suwe olehe Pangeran Samodra nggoleki, akhire neng lereng Gunung Lawu, Pangeran Samodra ketemu karo Raden Gugur. Banjur ketemu Raden Bethara Katong, sing biasane dikenal wong nganggo jeneng Adipati Ponorogo, Adipati Madiun, lan akeh meneh sing akhire gelem balik ndukung Raden Patah.
Neng Demak, Dewi Ontrowulan dadi kangen banget karo anak kuwalone, Pangeran Samodra.
“Pangeran Samodra, kapan sliramu bali neng Demak? Wis suwe anggonmu lunga ngemban tugas, ananging kena apa, tekan saiki sliramu ora bali-bali?”, ngomonge Dewi Ontrowulan nalika dheweke ngalamun neng kamar.
Pangeran Samodra wiwit lara-laranen amarga kekeselen.
“Pangeran Samodra, gandheng panjenengan nembe gerah, punapa mboten luwih sekeco panjenengan kondur kemawon dhateng Demak?”, mature prajurit marang Pangeran Samodra.
Bareng rombongan wis tekan neng dukuh barong, Pangeran Samodra lara meneh.
“Wis ngene wae, gandheng awakku lagi lara, awakku kayane ya ra kuwat, mendhing aku keri neng kene wae. Kowe-kowe padha baliya neng Demak, laporan karo Raden Patah. Karo tulung aturke sembah sungkem kagem kanjeng ibu, Dewi Ontrowulan”. Ngendikane Pangeran Samodra marang prajurit-prajurite.
Nalika prajurit loro mau mangkat lunga neng Demak, larane Pangeran Samudra saya nemen . Pangeran Samodra uwis krasa yen Dheweke wis cedhak karo ajale. Pangeran Samodra paring dawuh marang salah siji prajurite sing isih ngancani dheweke.
“Aku wis bener-bener ra kuwat meneh. Kayake aku arep ditimbali Gusti.Yen mengko wis tekan janjiku, dipundhut dening Gusti, tulung aku kuburen neng gunung anakan Kemukus sing panggone sakulone dukuh Barong iki”, ngendikane Pangeran Samodra.
“Ampun ngendikan kados mekaten, Pangeran…”.
Nalika prajurit loro mau tekan Kerajaan Demak Dewi Ontrowulan sedih, krungu kabar yen anake lara. Banjur dheweke njaluk ijin Raden Patah nyusul Pangeran Samodra neng dukuh Barong.
“Raden patah, dalem nyuwun pamit, badhe nyusul Pangeran Samodra dhateng Dukuh Barong. Dalem sampun kangen sanget Raden”.
“Ya Dewi Ontrowulan, enggal budhalo”.
Dewi Ontrowula cepet-cepet nyusul Pangeran Samodra neng Dukuh Barong. Atine Dewi Ontrowulan remuk banget nalika tekan panggonan sing dituju, Pangeran Samodra wis seda, lagi arep dikubur neng gunung anakan Kemukus. Ontrowulan nyusul rombongan wong sing nggawa mayite Pangeran Samodra karo nangis sesenggukan. Dewi Ontrowulan rumangsa perlu nyuceni awake sadurunge nyedhak mayite Pangeran Samodra, akhire Ontrowulan adus neng tlogo tilase sing dinggo ngaduse mayite Pangeran Samodra. Bareng wis resik, Ontrowulan nyusul Pangeran Samodra, pas Pangeran Samodra arep dilebokake neng jogangan kuburan.
Miturut wong-wong sing padha layat, Dewi Ontrowulan sing nyekseni mayite Pangeran dilebokake neng jogangan kuburan mau ngerti-ngerti ora sadar, seda, lan melu nyemplung neng njero jogangan, dadi siji karo Pangeran Samodra. Akhire Pangeran Samodra lan Dewi Ontrowulan dikubur bareng neng sakjogangan.

Orang Gila, Jagung, Ayam dan hantu

Tahukah kamu? Ada orang gila yang mengira dirinya adalah jagung sehingga takut dengan ayam .... dan .... ada seorang anak yang takut dengan buku horooooorrrr
Simak ceriteranya di sini


Alkisah ada orang gila yg mengira dirinya tuh jagung jadi dia takut banget sama ayam karena takut banget di makan. tiap kali liat ayam dia pasti lari terbirit2. akhirnya, orang gila ini dimasukin ke rumah sakit jiwa.
Setaun… dua taun.. tiga taun… akhirnya dia dipanggil oleh sang dokter.
“kamu sudah tau sekarang kamu ini siapa?” kata si dokter.
“sudah dokter,” sahut si orang gila
“jadi kamu ini siapa?”
“saya orang, dokter.”
“bener?”
“iya dokter, saya orang.. bukan jagung.”
“jadi kamu gak takut lagi sama ayam kan?”
“enggak dokter.. gak takut lagi..”
“tapi dokter,” sela si orang gila,” saya ada satu pertanyaan..”
“apa itu?”
“ayam2 itu….. tau gak ya kalau saya sudah berubah jadi orang?”

*************************************************************************

Ruben sedang menempuh perjalanan dari Surabaya ke Jakarta dengan menggunakan bis malam. Di tengah perjalanan, saat bis tersebut berhenti di sebuah terminal, seorang kakek tua naik dan menawarkan buku-buku bacaan pada semua penumpang. Sesampainya di kursi Ruben:
“Bukunya nak? Ada macam-macam nih. Buku silat, cinta-cintaan, agama, dan lain-lain”, ujar sang kakek.
Ruben yang kebetulan sedang tidak bisa tidur pun tertarik. “Ada buku misteri atau horor gak kek?”
“Oh suka cerita horor yah?”, jawab si kakek. “Kebetulan sisa satu. Pas lagi ceritanya. Tentang bis yang ditinggali banyak arwah penasaran. Judulnya ‘Bis Malam Penasaran’. Serem banget pokoknya.”
“Boleh juga tuh. Berapa harganya?”
“Seratus lima puluh ribu, nak”
“Walah, mahal bener harganya, kek”.
“Ya namanya juga buku bagus. Best seller. Semua yang baca buku ini kabarnya sampe syok loh waktu baca endingnya”, si kakek berpromosi ala sales panci.
Ruben pun akhirnya mengalah. Uang seratus lima puluh ribu berpindah tangan. Entah kenapa, tepat pada saat ia menyerahkan uang tersebut ke kakek tua, tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar. Angin pun terasa mulai bertiup kencang. Si kakek buru-buru melangkah turun ke bis, namun tiba-tiba berhenti dan menolehkan wajahnya pelan-pelan ke arah Ruben.
“Nak”, ujarnya lirih, “apa pun yang terjadi, harap jangan buka halaman terakhir ya. Ingat, apapun yang terjadi. Kalau tidak nanti kamu akan menyesal dan saya tidak mau bertanggung jawab.”
Jantung Ruben berdegup kencang. Saking takutnya, ia sampai tidak mampu menganggukkan kepala hingga akhirnya si kakek turun dari bis dan menghilang ditelan kegelapan. Singkat cerita, dua jam kemudian, sekitar pukul satu malam, Ruben selesai membaca seluruh buku tersebut. Kecuali halaman terakhir tentunya. Dan memang benar seperti yang dikatakan si kakek penjual, buku itu benar-benar menegangkan dan menyeramkan. Di luar bis yang melaju kencang, hujan turun dengan derasnya. Kilat menyambar bergantian dan terkadang terdengar suara guruh yang menggelegar. Sejenak Ruben melihat berkeliling dan ternyata semua penumpang sudah terlelap. Bulu kuduknya terasa merinding.
“Baca halaman terakhirnya gak yah?”, pikir Ruben bimbang. Antara penasaran dengan rasa takut berbaur menjadi satu. Di luar jendela malam tampak makin gelap. “Ah sudahlah, sekalian aja. Nanggung!”
Dengan tangan gemetar ia pun membuka halaman terakhir dari buku tersebut secara perlahan… Dan akhirnya tampak sebuah lembaran kosong dengan sepotong label di bagian pojok kanan atas. Sambil menelan ludah, Ruben membaca huruf demi huruf yang tercantum:
Bis Malam Penasaran
Terbitan CV. Buku Horror Garing
Harga Pas: Rp 15.000,-

Sumber: http://gudanghumor.com


Legenda Pangeran Samudra

Legenda Gunung Kemukus utawa Legenda Pangeran Samodra iku asale utawa dikenal neng desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, kabupaten Sragen, 26 kilometer saka tlatah Surakarta mengidul. Neng Gunung Kemukus iku ana sarean kramate Pangeran Samodra sing saiki papane kanggo obyek wisata neng kabupaten Sragen. Saben malem jum’at pon, kuburan kramat Pangeran Samodra iku ditekani wong akeh saka ngendi-ngendi sing biasane arep nggolek pesugihan.


Sejatine sing diarani Gunung Kemukus iku beda karo gunung-gunung liyane, kayata Gunung Merapi, Gunung Merbabu, lan sakpiturute. Gunung Kemukus iku dhuwure mung 300 meter saka permukaan laut. Dadi sakjane Gunung Kemukus iku mung gunung anakan. Jeneng “Kemukus” iku sejatine saka jeneng wit kemukus, kaya wit ringin, nanging ora nduwe sulur (akar gantung). Godhonge bisa dienggo tamba. Ananging sumber liyane nyebutake yen jeneng “Kemukus” kuwi saka tembung “Kukus”, amarga saka gunung kuwi kerep metu keluk sing asale saka obong-obongan menyan sing dadi sarat wong-wong sing padha njaluk berkah neng makam kramate Pangeran Samodra.
Miturut cerita saka masyarakat, Pangeran Samodra iku putrane Pangeran Kadilangu utawa.Sunan Kalijaga sing gagah, bagus, lan tuture alus, ananging yen diusut lewat sejarah, putrane Sunan Kalijaga iku jenenge Sunan Muria. Mulane legenda iku isih mbingungke..
Nalika semana, Kerajaan Majapahit pecah amarga ana pemberontakan Girindrawardana, priyayi-priyayi lan punggawan-punggawan padha mlayu nyelametake awake dhewe-dhewe. Ana sing lunga neng Gunung Tengger, ana sing nyebrang neng Bali. Pangeran Samodra bingung, arep melu lunga apa pilih tetep neng kono.
“Aja melu-melu para priyayi lan punggawan sing padha pilih nyingkir saka kene Pangeran Samodra. Meluwa aku wae! Aku arep pindhah neng Demak, banjur ngedekke pemerintahan neng kana”, ngendikane Raden Patah.
“Sendika dhawuh Raden”, semaure Pangeran Samodra.
Akhire Pangeran Samodra lan ibu kuwalone, Dewi Ontrowulan pindah Raden Patah neng Demak.
Tekan Demak, Raden Patah sak rombongane nyiapke pemerintahan dinggo nglawan Girindrawardana sing saiki nguwasani Majapahit. Raden Patah banjur nimbali Pangeran Samodra supaya ngadhep.
“Wonten dawuh punapa Raden?”.
“Pangeran Samodra, aku iki lagi nyiapke pemerintahan sing kuwat kanggo nglawan Girindrawardana, mula iku kanggo jaga-jaga lan supaya pemerintahane kuwat, aku pengen nglumpukake para priyayi lan punggawan-punggawan sing padha nyingkir, kocar-kacir ora nggenah. Aku ngutus njenengan supaya nggoleki lan nglumpukke para priyayi-priyayi lan punggawan-punggawan sing padha lunga kuwi, supaya pemerintahanne Demak bisa luwih kuwat nglawan Girindrawardana.
“Sendika dhawuh Raden”.
Tanpa kakeyan mikir, Pangeran Samodra langsung nyanggupi. Bareng wis budal, Pangeran Samodra rada kangelan anggone nggoleki para Punggawan lan priyayi amarga dheweke ora ngerti panggonane wong-wong iku saiki lan ana sing sengojo ndelik amarga ngerti yen lagi digoleki dening Pangeran Samodra.
Bareng suwe olehe Pangeran Samodra nggoleki, akhire neng lereng Gunung Lawu, Pangeran Samodra ketemu karo Raden Gugur. Banjur ketemu Raden Bethara Katong, sing biasane dikenal wong nganggo jeneng Adipati Ponorogo, Adipati Madiun, lan akeh meneh sing akhire gelem balik ndukung Raden Patah.
Neng Demak, Dewi Ontrowulan dadi kangen banget karo anak kuwalone, Pangeran Samodra.
“Pangeran Samodra, kapan sliramu bali neng Demak? Wis suwe anggonmu lunga ngemban tugas, ananging kena apa, tekan saiki sliramu ora bali-bali?”, ngomonge Dewi Ontrowulan nalika dheweke ngalamun neng kamar.
Pangeran Samodra wiwit lara-laranen amarga kekeselen.
“Pangeran Samodra, gandheng panjenengan nembe gerah, punapa mboten luwih sekeco panjenengan kondur kemawon dhateng Demak?”, mature prajurit marang Pangeran Samodra.
Bareng rombongan wis tekan neng dukuh barong, Pangeran Samodra lara meneh.
“Wis ngene wae, gandheng awakku lagi lara, awakku kayane ya ra kuwat, mendhing aku keri neng kene wae. Kowe-kowe padha baliya neng Demak, laporan karo Raden Patah. Karo tulung aturke sembah sungkem kagem kanjeng ibu, Dewi Ontrowulan”. Ngendikane Pangeran Samodra marang prajurit-prajurite.
Nalika prajurit loro mau mangkat lunga neng Demak, larane Pangeran Samudra saya nemen . Pangeran Samodra uwis krasa yen Dheweke wis cedhak karo ajale. Pangeran Samodra paring dawuh marang salah siji prajurite sing isih ngancani dheweke.
“Aku wis bener-bener ra kuwat meneh. Kayake aku arep ditimbali Gusti.Yen mengko wis tekan janjiku, dipundhut dening Gusti, tulung aku kuburen neng gunung anakan Kemukus sing panggone sakulone dukuh Barong iki”, ngendikane Pangeran Samodra.
“Ampun ngendikan kados mekaten, Pangeran…”.
Nalika prajurit loro mau tekan Kerajaan Demak Dewi Ontrowulan sedih, krungu kabar yen anake lara. Banjur dheweke njaluk ijin Raden Patah nyusul Pangeran Samodra neng dukuh Barong.
“Raden patah, dalem nyuwun pamit, badhe nyusul Pangeran Samodra dhateng Dukuh Barong. Dalem sampun kangen sanget Raden”.
“Ya Dewi Ontrowulan, enggal budhalo”.
Dewi Ontrowula cepet-cepet nyusul Pangeran Samodra neng Dukuh Barong. Atine Dewi Ontrowulan remuk banget nalika tekan panggonan sing dituju, Pangeran Samodra wis seda, lagi arep dikubur neng gunung anakan Kemukus. Ontrowulan nyusul rombongan wong sing nggawa mayite Pangeran Samodra karo nangis sesenggukan. Dewi Ontrowulan rumangsa perlu nyuceni awake sadurunge nyedhak mayite Pangeran Samodra, akhire Ontrowulan adus neng tlogo tilase sing dinggo ngaduse mayite Pangeran Samodra. Bareng wis resik, Ontrowulan nyusul Pangeran Samodra, pas Pangeran Samodra arep dilebokake neng jogangan kuburan.
Miturut wong-wong sing padha layat, Dewi Ontrowulan sing nyekseni mayite Pangeran dilebokake neng jogangan kuburan mau ngerti-ngerti ora sadar, seda, lan melu nyemplung neng njero jogangan, dadi siji karo Pangeran Samodra. Akhire Pangeran Samodra lan Dewi Ontrowulan dikubur bareng neng sakjogangan.


Kisah Pohon Apel

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yangamat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.


Masa berlalu... anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu." Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau," jawab remaja itu." Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untuk membelinya," tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, "

Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan."
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu...Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu."Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerjauntuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkah kau menolongku?" Tanya anak itu."

Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kaubuatlah rumah dari padanya." Pohon apel itu memberikan cadangan.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemuadahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudian merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagiselepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu." Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai boat. Bolehkah kau menolongku?" tanya lelaki itu."

Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengan gembira," kata pohon apel itu.Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimakan usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apelitu."

Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati..." kata pohon apel itu dengan nada pilu."

Aku tidak mahu apelmu kerana aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana aku berupaya untuk belayar lagi, akumerasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tuaitu."

Jika begitu, istirahatlah di perduku," kata pohon apel itu.Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.

Tersebut. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bilakita masih muda, kita suka bermain dengan mereka.Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup.Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapa mereka. Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun.


Gara-gara Seekor Ular

Disebutkan oleh Al-Qadhi Abu Ali At-Tanukhi, dia mengatakan: Dahulu kala hiduplah seorang lelaki yang terkenal zuhud dan kuat ibadatnya, dialah Labib Al-Abid. Dia datang ke pintu gerbang negeri Syam dari arah barat kota Baghdad, sebuah tempat yang menjadi laluan banyak orang.


Labib kemudian berkata kepadaku: Dahulu aku adalah seorang hamba Rom, milik salah seorang tentara. Dialah yang merawat dan mengajarku cara bermain pedang sehingga aku pun mahir memainkannya sehingga merasa benar-benar perkasa. Demi menjalin persaudaraan dan untuk mengawal hartanya, walaupun aku telah dimerdekakan sepeninggalnya, aku kemudian menikahi isterinya. Aku yakin, Allah SWT. telah mengetahui bahawa apa yang kuperbuat itu tiada lain sekadar untuk menjaganya. Aku tinggal bersamanya beberapa tahun.

Selama hidup berumahtangga dengannya, suatu hari kulihat seekor ular menyelinap dalam bilik kami. Aku lalu memegang ekornya untuk kubunuh, tetapi ular itu justru berbalik menyerangku dan berhasil menggigit tanganku hingga menjadi lumpuh. Setelah tanganku yang satu mengalami kelumpuhan, selang beberapa waktu kemudian tanganku yang lain menyusul lumpuh pula tanpa sebab- sebab yang jelas. Seterusnya kedua kakiku juga lumpuh, mataku menjadi buta dan terakhir aku menjadi bisu. Kemalangan ini kualami selama satu tahun.

Demikianlah keadaanku yang sangat buruk, kecuali hanya telingaku yang masih mampu menangkap segala pembicaraan. Aku tergeletak tiada berdaya: Aku selalu diberi minum saat aku merasa tidak dahaga, sementara itu dibiarkan kehausan saat aku kenyang, dan dibiarkan ketika aku merasa lapar. Setelah berjalan satu tahun, datanglah seorang wanita menjumpai isteriku.

Dia bertanya kepada isteriku, Bagaimana keadaan Abu Ali Labib? Dia tidak hidup dan tidak juga mati, sehingga hal ini membuatku bimbang dan hatiku menjadi sangat sedih, jawab isteriku.

Mendengar hal itu, dalam hatiku lalu mengadu kepada Allah dan berdoa. Dalam keadaan menderita sakit yang seperti ini sedikit pun dalam jiwaku tidak merasakan sesuatu.

Pada suatu hari, aku merasa seakan-akan menerima pukulan sangat keras yang hampir membuatku binasa. Hal itu terus berlangsung hingga tengah malam atau mungkin sudah lewat tengah malam, kemudian sedikit demi sedikit rasa sakitku ini mula hilang, akhirnya aku dapat tidur.

Keesokan hari ketika terjaga dari tidur, kurasakan tangan ini telah berada di atas dada, padahal selama ini tergeletak tidak berdaya di atas tempat tidur kerana mengalami kelumpuhan. Kucuba untuk bergerak dan ternyata berjaya. Melihat hal ini, aku merasa gembira dan yakin bahawa Allah akan memberikan kesembuhan.

Kucuba menggerakkan tanganku yang lain dan ternyata dapat kugerakkan pula. Aku juga mencuba memegang salah satu kakiku dan berhasil memegangnya, dan kukembalikan tanganku pada keadaan semula, hal ini kulakukan pula pada tanganku yang lain. Selepas itu aku ingin mencuba membalikkan tubuhku dan ternyata dapat kubalikkan dan bahkan aku mampu duduk lagi. Kemudian, aku bermaksud untuk berdiri dan ternyata aku juga mampu melakukannya, lalu kucoba lagi turun dari pembaringan, yang selama ini tubuhku terbaring. Tempat tidurku itu berada di sebuah bilik yang ada di rumahku.

Dalam kegelapan aku mencoba untuk mencari pintu bilik dengan meraba-raba dinding bilik, sebab mataku belum dapat melihat dengan terang. Akhirnya aku berhasil mencapai teras rumah dan di sana aku dapat memandang langit dan bintang-bintang yang berkedip. Kerana luapan kegembiraan yang tiada terkira hampir menghentikan detak jantungku, dan segera terlontar dari bibirku rasa syukur kepada-Nya: Wahai Zat Yang Maha Kaya Kebaikan-Nya! Hanya Milik-Mulah segala puji. Setelah itu aku pun berteriak memanggil isteriku dan dia segera datang menemuiku seraya berkata, Abu Ali? Sekarang inilah aku menjadi Abu Ali yang sebenarnya. Dan kini nyalakanlah lampu, kataku kepadanya.

Isteriku segera pula menyalakan lampu, dan kemudian kuperintahkan kepadanya untuk mengambilkan sebuah gunting. Dia pun datang dengan membawa gunting yang kumaksud, dengan gunting itulah kupotong kumisku. Isteriku lalu berkata kepadaku, Apa yang hendak kamu lakukan? Bukankah teman-temanmu telah mencelamu? Selepas ini, aku tidak akan melayani seorang pun kecuali hanya Tuhanku semata-mata, jawabku. Seterusnya kugunakan seluruh waktuku untuk menghadap kepada Allah SWT. dan tekun beribadat. Al-Qadhi Abu Ali meneruskan ceritanya kembali, bahawa Abu Ali Labib Al Abib adalah seorang yang mustajab doanya.

Candi Prambanan


Pada jaman dahulu kala di Pulau Jawa terutama di daerah Prambanan berdiri 2 buah kerajaan Hindu yaitu Kerajaan Pengging dan Kraton Boko. Kerajaan Pengging adalah kerjaan yang subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang putra laki-laki yang bernama Raden Bandung Bondowoso.


Kraton Boko berada pada wilayah kekuasaan kerajaan Pengging yang diperintah oleh seorang raja yang kejam dan angkara murka yang tidak berwujud manusia biasa tetapi berwujud raksasa besar yang suka makan daging manusia, yang bernama Prabu Boko. Akan tetapi Prabu Boko memiliki seorang putri yang cantik dan jelita bak bidadari dari khayangan yang bernama Putri Loro Jonggrang.

Prabu Boko juga memiliki patih yang berwujud raksasa bernama Patih Gupolo. Prabu Boko ingin memberontak dan ingin menguasai kerajaan Pengging, maka ia dan Patih Gupolo mengumpulkan kekuatan dan mengumpulkan bekal dengan cara melatih para pemuda menjadi prajurit dan meminta harta benda rakyat untuk bekal.

Setelah persiapan dirasa cukup, maka berangkatlah Prabu Boko dan prajurit menuju kerajaan Pengging untuk memberontak. Maka terjadilah perang di Kerajaan Pengging antara para prajurit peng Pengging dan para prajurit Kraton Boko.

Banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak dan rakyat Pengging menjadi menderita karena perang, banyak rakyat kelaparan dan kemiskinan.

Mengetahui rakyatnya menderita dan sudah banyak korban prajurit yang meninggal, maka Prabu Damar Moyo mengutus anaknya Raden Bandung Bondowoso maju perang melawan Prabu Boko dan terjadilan perang yang sangat sengit antara Raden Bandung Bondowoso melawan Prabu Boko. Karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso maka Prabu Boko dapat dibinasakan. Melihat rajanya tewas, maka Patih Gupolo melarikan diri. Raden Bandung Bondowoso mengejar Patih Gupolo ke Kraton Boko.

Setelah sampai di Kraton Boko, Patih Gupolo melaporkan pada Puteri Loro Jonggrang bahwa ayahandanya telah tewas di medan perang, dibunuh oleh kesatria Pengging yang bernama Raden Bandung Bondowoso. Maka menangislah Puteri Loro Jonggrang, sedih hatinya karena ayahnya telah tewas di medan perang.
Patung Loro Jonggrang

Patung Loro Jonggrang

Maka sampailah Raden Bandung Bondowoso di Kraton Boko dan terkejutlah Raden Bandung Bondowoso melihat Puteri Loro Jonggrang yang cantik jelita, maka ia ingin mempersunting Puteri Loro Jonggrang sebagai istrinya.

Akan tetapi Puteri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung Bondowoso karena ia telah membunuh ayahnya. Untuk menolak pinangan Raden Bandung Bondowoso, maka Puteri Loro Jonggrang mempunyai siasat. Puteri Loro Jonggrang manu dipersunting Raden Bandung Bondowoso asalkan ia sanggup mengabulkan dua permintaan Puteri Loro Jonggrang. Permintaan yang pertama, Puteri Loro Jonggrang minta dibuatkan sumur Jalatunda sedangkan permintaan kedua, Puteri Loro Jonggrang minta dibuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam.

Raden Bandung Bondowoso menyanggupi kedua permintaan puteri tersebut. Segeralah Raden Bandung Bondowoso membuat sumur Jalatunda dan setelah jadi ia memanggil Puteri Loro Jonggrang untuk melihat sumur itu.

Kemudian Puteri Loro Jonggrang menyuruh Raden Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur. Setelah Raden Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur, Puteri Loro Jonggrang memerintah Patih Gupolo menimbun sumur dan Raden Bandung Bondowoso pun tertimbun batu di dalam sumur. Puteri Loro Jonggrang dan Patih Gupolo menganggap bahwa Raden Bandung Bondowoso telah mati di sumur akan tetapi di dalam sumur ternyata Raden Bandung Bondowoso belum mati maka ia bersemedi untuk keluar dari sumur dan Raden Bandung Bondowoso keluar dari sumur dengan selamat.

Raden Bandung Bondowoso menemui Puteri Loro Jonggrang dengan marah sekali karena telah menimbun dirinya dalam sumur. Namun karena kecantikan Puteri Loro Jonggrang kemarahan Raden Bandung Bondowoso pun mereda.

Kemudian Puteri Loro Jonggrang menagih janji permintaan yang kedua kepada Raden Bandung Bondowoso untuk membuatkan 1000 candi dalam waktu 1 malam. Maka segeralah Raden Bandung Bondowoso memerintahkan para jin untuk membuat candi akan tetapi pihak Puteri Loro Jonggrang ingin menggagalkan usaha Raden Bandung Bondowoso membuat candi. Ia memerintahkan para gadis menumbuk dan membakar jerami supaya kelihatan terang untuk pertanda pagi sudah tiba dan ayam pun berkokok bergantian.

Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi serta di timur kelihatan terang maka para jin berhenti membuat candi. Jin melaporkan pada Raden Bandung Bondowoso bahwa jin tidak dapat meneruskan membuat candi yang kurang satu karena pagi sudah tiba. Akan tetapi firasat Raden Bandung Bondowoso pagi belum tiba. Maka dipanggillah Puteri Loro Jonggrang disuruh menghitung candi dan ternyata jumlahya 999 candi, tinggal 1 candi yang belum jadi.

Maka Puteri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung Bondowoso. Karena ditipu dan dipermainkan maka Raden Bandung Bondowoso murka sekali dan mengutuk Puteri Loro Jonggrang “Hai Loro Jonggrang candi kurang satu dan genapnya seribu engkaulah orangnya”. Maka aneh bin ajaib Puteri Loro Jonggrang berubah ujud menjadi arca patung batu.

Dan sampai sekarang arca patung Loro Jonggrang masih ada di Candi Prambanan dan Raden Bandung Bondowoso mengutuk para gadis di sekitar Prambanan menjadi perawan kasep (perawan tua) karena telah membantu Puteri Loro Jonggrang.

Dan menurut kepercayaan orang dahulu bahwa pacaran di candi Prambanan akan putus cintanya.

Sumber: greatindonesia.com, http://dongeng.org/cerita-rakyat/nusantara/candi-prambanan.html

Timun Emas

Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.


Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.

“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.

Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.

Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.

Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.

Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.

Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.

Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.

Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.

Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.

Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.

Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.

Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.

Diceritakan kembali oleh Renny Yaniar, http://dongeng.org/cerita-rakyat/nusantara/timun-emas.html

Kerbau Kambing, Bapak dan Anaknya

Komentari dua ceritera yang menurut penulis lucu, kalau mau tolong tuliskan inti sari pelajaran yang dapat dipetik dari dua ceritera tersebut.

Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.

Bapak dan Anaknya
Dari segi pendidikan, seorang bapak dalam cerita lucu ini betul-betul sangat mendidik anaknya. Apalagi terhadap anak-anak zaman sekarang yang sering sekali protes kalau dinasehatin. Nah gimana ciritanya? Silakan ada baca! --- Suatu hari pada bulan ramadhan seorang anak tidak sabar menunggu adzan maghrib dan mengeluh pada bapaknya. "Bapak, maghribnya jam berapa sich?" "Jam 6, sabar dong" Jawab bapaknya dengan santai. "Kok dari tadi masih jam 3 terus" "Emang knp?" "Kan pengen cepet buka puasa pak..., apa kita putar aja jamnya biar jam 6?" "Ya udah..." "Asyikkk..." Kata anak itu dan segera memutar jarum jam sampe ke angka 6. "Pak...udah jam 6 tuh, buka puasa yok..." "Lho... itukan baru jam di kamar. Di ruang tamu, di ruang tengah, di kamar bapak, dan di dapur belum." "Oh...gitu ya pak, harus jam 6 semuanya?" Respon anak itu manggut-manggut, lalu berlari dan memutar semua jam di rumahnya. "Bapak udah semua..." Teriaknya girang. "Jam tetangga-tetangga dan masjid udah?" "Lho...kok sampe jam tetangga dan masjid juga??" "Ya iyalah....kan harus jam 6 semuanya, baru bisa buka puasa" "Ya....capek dhe, mending nunggu aja, ketimbang mesti capek-capek muter jarum jam sedesa."

Burung Gagak dan Sebuah Kendi

Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air.

Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.

Ceritera Tentang Simpanse Afrika

Fabel, atau ceritera binatang diciptakan oleh orang tua untuk membangun kerangka nilai pada diri anak anaknya. Ceritera yang satu ini bukan fabel, meskipun tokoh utamanya adalah monyet.

Ceritera yang satu ini bukan fabel, meskipun tokoh utamanya adalah monyet. Ceritera ini saya sadur dari sebuah buku berjudul Menelusuri Jejak Capra, Menemukan Integrasi Sain, Filasafat, dan Agama. Frijof Capra adalah fisikawan Austria yang banyak bergumul dengan relitas Quantum.

Ceritera tentang bagaimana orang Afrika mengangkap monyet ini telah membimbing saya untuk menemukan padanan yang kas, seperti apakah rasa ikhlas itu. Hingga kini, banyak orang Afrika yang mendapatkan pesanan monyet untuk kebutuhan penelitian. Mereka diharuskan menangkap monyet dalam keadaan segar bugar dan utuh. Maka mereka membuat teknologi menangkap monyet dengan prinsip anti ikhlas. Mereka menggunakan batok kelapa (cumplung) yang dikasih lubang sebesar telapak tangan si monyet. Melalui lubang itu, dimasukkanlah kacang kacangan kesukaan primata itu. Batok kelapa ditalikan erat erat ke sebuah pohon di dekatnya. Si penangkap monyet mengambil jarak secukupnya dari jebakan itu.

Bagaimana monyet bisa terjebak, seringkali memproyeksikan ketololan kita juga. Ketika pergelangan tangan-si monyet masuk ke batok kelapa, telapaknya menggengnggam keras apapun yang disukainya itu hingga sulit dikeluarkan. Nafsu mencengkeram ini, membuatnya semakin sulit keluar dari masalah itu. Pada momentum ini, si penjebak menciptakan efek panik, yang membuat otot otot tangan si monyet lebih keras menggenggam, sehingga semakin sulit mengeluarkan tangannya. Simpansepun terjebak.

Sahabatku, bagi kita, kacang kacangan itu adalah beliefe system yang salah kaprah, mental block, resistensi tentang apapun, perasaan dan pikiran negatif, yang semua itu kelewat kita percaya dan tidak pernah dikritisi lagi. Celakanya, apa yang kita cengkeram itu tidak semua mendukung kehidupan kita. Semakin kita cengkeram, semakin sulit keluar dari sebuah masalah.

Mengajarkan makna ikhlas kepada seekor simpanse tentu menjadi pekerjaan yang sulit. Berbeda dengan kita manusia, pasti lebih mudah, karena ikhlas bisa kita pelajari dari mana mana, termasuk dari monyet yang pernah masuk dalam perangkap. Masalahya, maukah Anda belajar ikhlas dari ketidak ikhlasan seekor simpanse? Jawaban Anda akan mencerminkan tingkat kerendah-hatian Anda dihadapan Allah.


R Budi Sarwono

Sholahuddin Al Ayubi

Tahukah kamu, siapakah panglima Islam yang berjasa dalam perang salib? Dia adalah Sholahuddin Al Ayubi. Ia berasal dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M.

Tidak banyak orang mengenal akan sejarah Shalahuddin Al-Ayubi..
tanpa bermaksud menyinggung perasaan umat beragama lain berikut saya nukilkan sedikit sejarah tentang Shalahuddin Al-Ayubi :

Shalahuddin terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Masa kecilnya selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota dinasti Zangid yang memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau Nuruddin Zangi.

Selain belajar Islam, Shalahuddin pun mendapat pelajaran kemiliteran dari pamannya Asaddin Shirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Kekhalifahan. Bersama dengan pamannya Shalahuddin menguasai Mesir, dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimid (turunan dari Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW).

Dinobatkannya Shalahuddin menjadi sultan Mesir membuat kejanggalan bagi anaknya Nuruddin, Shalih Ismail. Hingga setelah tahun 1174 Nuruddin meninggal dunia, Shalih Ismail bersengketa soal garis keturunan terhadap hak kekhalifahan di Mesir. Akhirnya Shalih Ismail dan Shalahuddin berperang dan Damaskus berhasil dikuasai Sholahuddin. Shalih Ismail terpaksa menyingkir dan terus melawan kekuatan dinasti baru hingga terbunuh pada tahun 1181. Shalahuddin memimpin Syria sekaligus Mesir serta mengembalikan Islam di Mesir kembali kepada jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Dalam menumbuhkan wilayah kekuasaannya Shalahuddin selalu berhasil mengalahkan serbuan para Crusader dari Eropa, terkecuali satu hal yang tercatat adalah Shalahuddin sempat mundur dari peperangan Battle of Montgisard melawan Kingdom of Jerusalem (kerajaan singkat di Jerusalem selama Perang Salib). Namun mundurnya Sholahuddin tersebut mengakibatkan Raynald of Châtillon pimpinan perang dari The Holy Land Jerusalem memrovokasi muslim dengan mengganggu perdagangan dan jalur Laut Merah yang digunakan sebagai jalur jamaah haji ke Makkah dan Madinah. Lebih buruk lagi Raynald mengancam menyerang dua kota suci tersebut, hingga akhirnya Shalahuddin menyerang kembali Kingdom of Jerusalem di tahun 1187 pada perang Battle of Hattin, sekaligus mengeksekusi hukuman mati kepada Raynald dan menangkap rajanya, Guy of Lusignan.

Akhirnya seluruh Jerusalem kembali ke tangan muslim dan Kingdom of Jerusalem pun runtuh. Selain Jerusalem kota-kota lainnya pun ditaklukkan kecuali Tyres/Tyrus. Jatuhnya Jerusalem ini menjadi pemicu Kristen Eropa menggerakkan Perang Salib Ketiga atau Third Crusade.

Perang Salib Ketiga ini menurunkan Richard I of England ke medan perang di Battle of Arsuf. Shalahuddin pun terpaksa mundur, dan untuk pertama kalinya Crusader merasa bisa menjungkalkan invincibilty Sholahuddin. Dalam kemiliteran Sholahuddin dikagumi ketika Richard cedera, Shalahuddin menawarkan pengobatan di saat perang di mana pada saat itu ilmu kedokteran kaum Muslim sudah maju dan dipercaya.

Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Richard sepakat dalam perjanjian Ramla, di mana Jerusalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen. Setahun berikutnya Shalahuddin meninggal dunia di Damaskus setelah Richard kembali ke Inggris. Bahkan ketika rakyat membuka peti hartanya ternyata hartanya tak cukup untuk biaya pemakamannya, hartanya banyak dibagikan kepada mereka yang membutuhkannya.

Selain dikagumi Muslim, Shalahuddin atau Saladin mendapat reputasi besar di kaum Kristen Eropa, kisah perang dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam karya puisi dan sastra Eropa, salah satunya adalah The Talisman (1825) karya Walter Scott.
sumber : http://yulian.firdaus.or.id/2005/04/21/sholahuddin-al-ayyubi