Ceritera Tentang Simpanse Afrika

Fabel, atau ceritera binatang diciptakan oleh orang tua untuk membangun kerangka nilai pada diri anak anaknya. Ceritera yang satu ini bukan fabel, meskipun tokoh utamanya adalah monyet.

Ceritera yang satu ini bukan fabel, meskipun tokoh utamanya adalah monyet. Ceritera ini saya sadur dari sebuah buku berjudul Menelusuri Jejak Capra, Menemukan Integrasi Sain, Filasafat, dan Agama. Frijof Capra adalah fisikawan Austria yang banyak bergumul dengan relitas Quantum.

Ceritera tentang bagaimana orang Afrika mengangkap monyet ini telah membimbing saya untuk menemukan padanan yang kas, seperti apakah rasa ikhlas itu. Hingga kini, banyak orang Afrika yang mendapatkan pesanan monyet untuk kebutuhan penelitian. Mereka diharuskan menangkap monyet dalam keadaan segar bugar dan utuh. Maka mereka membuat teknologi menangkap monyet dengan prinsip anti ikhlas. Mereka menggunakan batok kelapa (cumplung) yang dikasih lubang sebesar telapak tangan si monyet. Melalui lubang itu, dimasukkanlah kacang kacangan kesukaan primata itu. Batok kelapa ditalikan erat erat ke sebuah pohon di dekatnya. Si penangkap monyet mengambil jarak secukupnya dari jebakan itu.

Bagaimana monyet bisa terjebak, seringkali memproyeksikan ketololan kita juga. Ketika pergelangan tangan-si monyet masuk ke batok kelapa, telapaknya menggengnggam keras apapun yang disukainya itu hingga sulit dikeluarkan. Nafsu mencengkeram ini, membuatnya semakin sulit keluar dari masalah itu. Pada momentum ini, si penjebak menciptakan efek panik, yang membuat otot otot tangan si monyet lebih keras menggenggam, sehingga semakin sulit mengeluarkan tangannya. Simpansepun terjebak.

Sahabatku, bagi kita, kacang kacangan itu adalah beliefe system yang salah kaprah, mental block, resistensi tentang apapun, perasaan dan pikiran negatif, yang semua itu kelewat kita percaya dan tidak pernah dikritisi lagi. Celakanya, apa yang kita cengkeram itu tidak semua mendukung kehidupan kita. Semakin kita cengkeram, semakin sulit keluar dari sebuah masalah.

Mengajarkan makna ikhlas kepada seekor simpanse tentu menjadi pekerjaan yang sulit. Berbeda dengan kita manusia, pasti lebih mudah, karena ikhlas bisa kita pelajari dari mana mana, termasuk dari monyet yang pernah masuk dalam perangkap. Masalahya, maukah Anda belajar ikhlas dari ketidak ikhlasan seekor simpanse? Jawaban Anda akan mencerminkan tingkat kerendah-hatian Anda dihadapan Allah.


R Budi Sarwono