“Aakuuu bebaas!!!”, teriaknya. Lepaslah sudah ia dari belenggu yang
mengekangnya dalam satu bulan penuh ini. Nyengir. Jingkrak-jingkrak. Walaupun
ia risih dengan gema takbir yang membahana, tapi ia tetap merayakannya
kebebasannya itu. Setidaknya, ada pesta kemilau dan ledakan percon yang juga
tak kalah hebohnya dengan takbir.
“Allahuakbar…Allahuakbar…Allahuakbar… Laa ilaha illallahu Allahuakbar
Allahuakbar… Walillahilhamd. . .”
“psssiuuu…. duaarrr…!!! psssiuuu…. duaarrr…!!!”
Ia adalah setan. Entahlah, ia dari golongan jin atau manusia. Yang jelas, ia
merasa terbelenggu selama bulan Ramadhan. Ia tersenyum puas. Walaupun terkekang
selama satu bulan, tapi ia tidak melihat perubahan ke arah taqwa pada
orang-orang itu. Mereka tetap kembali. Kembali mejadi pemuda yang menghamburkan
uang, suka mabuk-mabukan, berjudi, durhaka. Kembali menjadi pejabat yang korup.
Kembali menjadi wanita penggosip. Mereka benar-benar kembali pada dunianya.
Pada malam ini mereka bersuka ria. Tidak perlu lagi
berpayah-payah menahan lapar (padahal nafsu dan maksiat lain tetap jalan).
Tidak perlu lagi mengorbankan waktu hang-out atau menonton sinetron
kesayangannya dengan tarawih di masjid. Mereka benar-benar kembali ke dunianya.
Bagi mereka, besok adalah hari bebas dari rutinitas puasa, tarawih, ibadah
berat lainnya. Bagi mereka, besok adalah hari dengan baju baru dengan kue dan
makanan yang terhidang. Yang penting tampil dengan semua serba baru. Balas
dendam puasa kemarin dengan makan sepuasnya.
“Besok lebaran..!!!” Mereka bergembira. Nyengir. Walaupun tidak
jingkrak-jingkrak. Mereka tidak peduli dengan gema takbir yang membahana.
Yang penting, ada pesta kemilau dan ledakan percon yang juga tak kalah hebohnya
dengan takbir.
“Allahuakbar…Allahuakbar…Allahuakbar… Laa ilaha illallahu Allahuakbar
Allahuakbar… Walillahilhamd. . .”
“psssiuuu…. duaarrr…!!! psssiuuu…. duaarrr…!!!”
Tunggu dulu.. senyum lebar sang setan berubah jadi getir tatkala ia
melihat seorang mukmin. Ada setitik bening air membasahi sudut matanya. Seorang
pemuda dengan rindu membuncah di dadanya. Padahal baru beberapa jam Ramadhan
pergi, tapi ia merasakan rindu yang teramat dalam. Berharap bertemu lagi dengan
bulan mulia itu. Pergilah sudah bulan suci itu. Yang tersisa hanyalah
penyesalan. Selalu dan selalu ada penyesalan yang mengiringi kepergian Ramadhan
di tiap tahunnya. Penyesalan atas amal-amal yang terlalaikan,siang yang tersia,
malam yang terlewat. Semoga penyesalan yang menghujam ini akan menghantarkan
pada rindu yang membuncah untuk bertemu lagi dengannya.
“Allahuakbar…Allahuakbar…Allahuakbar… Laa ilaha illallahu Allahuakbar
Allahuakbar… Walillahilhamd. . .”
Gema takbir yang sahut-menyahut baginya seperti harmoni lagu rindu. Lagu
perpisahan. Tabuhan gemuruh bedug baginya seperti tabuhan genderang perang.
Perang yang dahsyat dengan setan dan hawa nafsu.
Takbir mengalun merdu mengiringi perginya Ramadhan dan menyambut datangnya 1
Syawal. Pekik girang kemenangan. Tapi juga merupakan lirih sendu
perpisahan. Kemenangan setelah berjuang menjernihkan hati, melejitkan
amal, melawan nafsu diri. Perpisahan yang menorehkan rindu yang cemas tidak
akan bertemu lagi dengan bulan mulia itu. Ia begitu berharap dipertemukan lagi
oleh-Nya di Ramadhan selanjutnya.
Entah , kita termasuk golongan yang mana: setan, muslim kebanyakan, atau
mukmin yang merindu taqwa di bulan Ramadhan…
Taqabbalallahu minna wa minkum.. shiyamana wa shiyamakum…
Mohon maaf lahir dan batin. Tolong maafkan semua salah & khilaf, baik
yang disadari, disengaja ataupun tidak. Semoga kita meraih buah manis ramadhan:
TAQWA.
Aammiin.
Sumber: http://hasbee.wordpress.com/2011/08/30/makna-lebaran-bagi-setan-muslim-kebanyakan-mukmin/
Makna Lebaran Bagi Setan, Muslim Kebanyakan, & Mukmin
12:40 PM